Desalinasi merupakan proses pengolahan air laut menjadi air bersih menggunakan membran reverse osmosis (Greenlee et al., 2010). Pada prosesnya desalinasi menghasilkan air dengan kemurnian garam yang tinggi dan menghasilkan limbah baru sekitar 15-60 % yang dikenal dengan limbah reverse osmosis (Ren et al, 2011). Limbah dari proses seawater reverse osomosis (SWRO) mengandung konsentrasi TDS 68.130 mg/l, Ca2+ 961 mg/l, Mg2+ 2940 mg/l, Cl- 42.500 mg/l, Na+ 17.000 mg/l, HCO3- 267 mg/l, SO42- 6420 mg/l dan residu kimia dari proses pre-treatment reverse osmosis (Zhang et al, 2015). Limbah reverse osmosis berpotensi untuk menghasilkan kadar garam murni dengan konsentrasi garam tinggi, namun mengandung residu bahan kimia, salah satunya yaitu antiscalant yang digunakan untuk mencegah peristiwa scaling di atas permukaan membran reverse osmosis (Darton et al, 2000). Oleh karena itu perlu dilakukan penyisihan sebelum di buang ke lingkungan agar sesuai baku mutu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kinerja membran yaitu fluks dan rejeksi, serta pengaruh sodium alginat sebagai model polisakarida dalam limbah konsentrat reverse osmosis terhadap tekanan dan variasi konsentrasi antiscalant sodium hexametaphosphate. Penelitian ini dilakukan pada tekanan 4, 5 dan 6 bar, dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm dan 6 ppm sodium hexametaphosphate. Kemudian nilai rejeksi dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 400 nm. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm tekanan 4 bar efektif dalam penyisihan sodium hexametaphosphate. Hal ini dibuktikan dengan nilai relative fluks dan rejeksi yang menunjukan nilai paling optimum yaitu 99,20 % dengan konsentrasi setelah filtrasi 0,01 ppm sehingga memenuhi baku mutu fosfat sesuai Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Sedangkan pengaruh penambahan adanya Natural Organik Matter (NOM) menurunkan nilai fluks dan rejeksi pada membran sehingga berpengaruh terhadap kinerja membran. Hal ini didukung dengan hasil SEM dan FTIR yang telah dilakukan.
展开▼